Join The Community

Premium WordPress Themes

Senin, 14 Maret 2011

Awas, Residu Kimia Mengancam

PENGGUNAAN pestisida dan bahan kimia lain secara besar-besaran dan terus-menerus dalam pertanian telah merusak kesuburan alami tanah. Selain itu, juga mengancam kesehatan petani dan konsumen yang mengasup hasil pertanian tersebut. Bahkan sebagian besar  produk pertanian kini mempunyai tingkat keterpaparan pestisida yang kian tinggi. Kenapa demikian?

Sejak digulirkan Revolusi Hijau tahun 1965-an oleh Pemerintah Indonesia yang berujung pada intensifikasi pertanian dan bibit hibrida serta penggunaan bahan-bahan anorganik, baik untuk pestisida, herbisida, fungisida, maupun pupuk, petani kita telah dininabobokan dengan hal-hal yang serbagampang. Betapa tidak? Semua kebutuhan tanam, baik pestisida, pupuk kimia, maupun bibit, bisa mereka peroleh dengan sangat mudah dan instan. Petani tidak perlu repot mengolah atau membuat pestisida atau insektisida dan pupuk untuk kebutuhan pertanian. Pendek kata, mereka tinggal menyediakan uang untuk memenuhi kebutuhan itu.
Mengancam Kesehatan Dari sisi budi daya program yang berorientasi pada kemelimpahan hasil pertanian berpotensi melahirkan sistem budi daya high external input agriculture (HEIA). HEIA merupakan sistem pertanian yang bertumpu pada ketinggian masukan bahan kimiawi. Pupuk anorganik dan penggunaan pestisida kimia untuk mengatasi permasalahan hama dan penyakit wajib dilakukan.

Sayang, sangat sedikit orang atau lembaga yang menyadarkan para petani kita. Memang banyak orang dan lembaga yang diuntungkan oleh intensifikasi pertanian. Namun siapa menyangka residu dari berbagai bahan kimia tersebut sangat mengancam kesehatan.

Dalam jangka pendek, penggunaan asupan bahan kimia itu akan terlihat sangat menggembirakan. Karena, hasil pertanian akan melimpah. Namun hal itu tidak akan terjadi terus-menerus. Penggunaan bahan kimia dalam jangka panjang malah akan mengakibatkan penurunan produksi karena lahan makin jenuh akibat terlalu banyak bahan anorganik yang ditambahkan.

Bukan hanya saja. Penggunaan pestisida kimia akan mengakibatkan resistensi (ketahanan tubuh) dan resurgensi (serangan dalam jumlah besar) hama sehingga penanganannya pun menjadi lebih sulit.

Penggunaan pupuk anorganik menyebabkan pengurangan unsur-unsur hara alami tanah karena praktik penggunaan pupuk itu akan menghasilkan residu pencemar. Tanah yang semula gembur menjadi bantat (padat) karena pencemaran yang terjadi di dalam tanah akan menyebabkan mikroba-mikroba penting yang berfungsi untuk menghasilkan bahan organik di dalam tanah pun mati. Makin lama dan makin tinggi penggunaan bahan kimia kian mengurangi kesuburan tanah, sehingga produktivitas pun menurun. Pestisida kimia juga mempunyai andil cukup besar dalam memunculkan ketidakseimbangan ekosistem.
Menumpuk di Tubuh Dilihat dari sisi kesehatan, penggunaan pupuk dan pestisida kimia juga berbahaya bagi tubuh manusia. Bersentuhan langsung dengan zat kimia yang berbentuk racun tersebut dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata. Apabila terhirup, zat kimia itu akan menimbulkan pusing dan mual-mual dan dalam jangka waktu panjang dikhawatirkan bisa menyebabkan kematian.

Itu belum termasuk zat kimia yang tertinggal dalam tanaman yang kita konsumsi. Zat tersebut akan terus menempel pada kulit buah, daun, dan batang dari pohon yang disemprot menggunakan pestisida kimia. Lama-kelamaan residu kimia itu terus menumpuk di dalam tubuh kita.
Maka tak mengherankan saat ini kita sering mendengar orang mengidap penyakit yang jarang ditemui pada zaman dahulu, seperti kanker hati dan gangguan ginjal.

Pengaruhnya memang tidak langsung. Namun residu yang masuk ke tubuh tidak akan dapat dicerna dan dikeluarkan, sehingga lama-kelamaan menumpuk di dalam jaringan-jaringan tubuh. Jika sudah demikian, apa yang harus dilakukan?

Pemerintah, baik tingkat bawah maupun pusat, sebagai lembaga pemegang otoritas kebijakan semestinya mengambil langkah bijak berkait dengan masalah pertanian. Indonesia sebagai negara agraris seharusnya tidak meninggalkan atau memandang sebelah mata pertanian.

Distribusi pestisida yang sedemikian terbuka harus dihentikan. Salah satu penyebab tingginya penggunaan pestisida selama ini adalah begitu gencar produk-produk pestisida dipromosikan kepada petani. Para produsen itu masuk dengan menawarkan berbagai macam cara promosi menarik, seperti iming-iming naik haji, undian berhadiah motor, serta produk-produk elektronik. Pestisida pun bebas dijual di toko baju, makanan, hingga penjual pulsa.

Kondisi itu sudah tidak sehat. Peredaran pestisida harus dibatasi. Untuk menjaga kesejahteraan petani selama pestisida dikurangi, harus ada solusi. Memang sulit karena sering kali hal itu gagal karena ditolak petani. Namun langkah itu harus dimulai sekarang juga.

Pemerintah semstinya lebih arif mengambil kebijakan, terutama di bidang pertanian. Keberlangsungan sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian negara selayaknya lebih dipertimbangkan daripada hanya berkiblat ke pemenuhan kebutuhan sesaat.

Jangan sampai program yang semula dimaksudkan sebagai jawaban atas permasalahan ketahanan pangan Indonesia, hanya menjadi cerita pembuka yang manis. Namun meninggalkan bahaya besar di kemudian hari

0 komentar:

Posting Komentar