Join The Community

Premium WordPress Themes

Senin, 14 Maret 2011

Awan Berdaya Sedot Tinggi

SUDAH lama diketahui, perjumpaan awan tebal dan tata surya akan menimbulkan “sesuatu” pada sistem keplanetan kita. Tahun 1975, ini astronom HJ Fahr mengajukan konklusi bahwa penumpukan materi antarbintang akan terfokus pada sumber-sumber gravitasi dalam tata surya kita. Efek itu sangat terasa pada benda langit berdaya sedot tinggi, yaitu matahari.

Makna pertambahan partikel juga memengaruhi komet periode panjang. Perbandingan antara isotop hidrogen (deuterium) dan hidrogen diatur dalam sebuah komet akan lebih kecil dibandingkan dengan yang ada pada awan itu.

Sementara itu, molekul dalam sebuah awan yang dapat mencapai antara 1.000 dan 10.000 atom hidrogen untuk setiap sentimeter kubik akan membuat medium antarplanet menjadi lebih kental dengan unsur hidrogen, yang dapat dipergunakan untuk mengamati pengaruh gangguan pada komet berkala edar pendek. Pengetahuan tentang gangguan memberi peluang untuk menopang hipotesis Brady tentang keberadaan planet kesepuluh.
Kelimpahan Materi Keberadaan unsur kosmos yang menempel ke permukaan matahari menyebabkan kelimpahan materi di permukaan menjadi lebih besar daripada di pusat. Karena itu permukaan matahari tak perlu mencerminkan struktur kimia sebagai terdapa di inti. Jadi, jumlah neutrino yang ditaksir berdasar kaidah reaksi fusi nuklir di pusat, yang dideduksi dari keadaan di permukaannya, jelas tidak akan sama dengan yang ditangkap di bumi. Perluasan semua itu dapat dipergunakan untuk menerangkan evaluasi kimia dalam galaksi kita, Bimasakti.

Masalah lain yang lebih penting dalam memahami fenomena astronomik itu adalah siklus zman es di planet bumi. Dua astronom AS, MJ Newman dan RJ Talbot, secara statistik menelaah awan-awan antarbintang yang terbesar di galaksi kita. Dalam tulisan ilmiah yang diterbitkan jurnal fisika bergengsi Physical Review D16, 919-926 tahun 1977, “Constraints on the Gravitational Constant at Large Distances”, dia menyimpulkan matahari sepanjang hayat akan menerobos 150 awan tebal dengan kerapatan molekul sekitar 100 atom hidrogen untuk setiap 1 cc materi di sana. Penelitian itu merupakan kesinambungan dengan penelitian Fred Hoyle, Lyttleton (1939) dan Mc Rea (1975).

Berdasar hasil penelitian mereka dapat disimpulkan, energi radiasi matahari akan terganggu bila materi yang menempel cukup banyak. Mc Rea memberikan batasan bawah 10 pangkat 5 atom hidrogen dan batas atas 10 pangkat 7 atom hidrogen untuk setiap 1 cm3.

Adapun Begelman dan Ress menyatakan awan dengan kecepatan 10 pangkat 3 atom hidrogen sudah cukup mampu memengaruhi iklim terentrial, akibat keterisolasian planet bumi dari angin matahari.

Penjabaran teori-teori itu akhirnya memberikan peluang bagi perubahan iklim yang dratis, seperti kemunculan zaman es yang berlangsung dalam siklus 100 juta tahun sekali. Itu cukup lama bagi denyut kehidupan di bumi, tetapi sangat singkat dalam skala waktu geologis.

Salah satu indikasi yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kapan awan antarbintang tiba adalah dengan mengamati perubahan atmosfer dan iklim di Mars dan korelasinya dengan fenomena awan zaman es di bumi.

Perubahan simultan kedua planet itu menunjukkan, zat atau awan antarbintang telah datang.

0 komentar:

Posting Komentar