Foto: Mandala Airlines
PERTENGAHAN Januari 2011, tepatnya 13 Januari 2011, dunia penerbangan Indonesia terhenyak dengan berhenti beroperasinya salah satu maskapai besar yakni Mandala Airlines akibat masalah keuangan yang membelit perusahaan itu.
Guna memperbaiki dan membangun kembali perusahaan, pihak manajemen perusahaan mengajukan permohonan penangguhan
pembayaran utang kepada PN Jaksel. Pihak pengadilan pun memberi waktu 45 hari kepada manajemen untuk memperbaiki masalah keuangan tersebut.
Jika belum juga berhasil mengatasi masalah keuangan yang membelit perusahaan, izin penerbangan maskapai milik Cardig International dan Indigo Partners itu terancam dicabut.
Dirjen Perhubungan Udara, Herry Bakti menuturkan, izin rute bisa dicabut jika melebihi 30 hari tidak melakukan penerbangan. Namun, untuk izin operasi, jika lebih dari satu tahun tidak beroperasi maka maskapai itu bisa dicabut izin usahanya (surat izin usaha penerbangan/SIUP). "Kami beri waktu kepada Mandala dan kita harapkan maskapai itu segera mendapatkan investor," katanya.
Jika dirunut lebih jauh lagi, sebenarnya peristiwa yang menimpa Mandala bukanlah kali pertama dan bukan hal baru di dunia penerbangan Indonesia. Maskapai lain di tanah air sebelum Mandala pun pernah mengalaminya. Bahkan, beberapa di antaranya izin penerbangannya dicabut karena tidak mampu melunasi kewajibannya.
Salah satunya Sempati Air. Maskapai penerbangan milik sahabat dan keluarga Soeharto (mantan Presiden Indonesia) ini berhenti beroperasi sejak 5 Juni 1998, saat badai krisis moneter melanda Indonesia kala itu.
Pada masa jayanya di era 80 dan 90an, maskapai ini berkembang sangat pesat dan menjadi salah satu maskapai penerbangan terbesar di Indonesia dengan kekuatan armada 7 unit F100, dua unit F70, lima unit F27, 7 unit B737, dan empat Airbus A300.
Namun, perkembangan perusahaan ini tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang baik. Tahun 1997, akibat hutang yang menumpuk serta kegagalan pengelolaan manajemen, membuat keuangan Sempati makin parah.
Berbagai efisiensi dengan menghilangkan layanan inovasi khas Sempati malah semakin mengurangi konsumen loyalnya. Dihantam badai krismon setahun kemudian, akhirnya membuat Sempati menghentikan seluruh operasi penerbangan dan mem-PHK karyawan pada 5 Juni 1998.
Bouraq dan Adam Air
Selain Sempati Air, maskapai lain yang mengalami nasib serupa adalah Bouraq Indonesia Airlines dan Adam Air. Bouraq sendiri merupakan maskapai yang pertama kali melayani rute-rute di wilayah Kalimantan.
Pada era 80an, maskapai yang identik dengan warna hijau tosca ini diperkuat dengan armada 4 (empat) pesawat Vicker Viscount (VC-843), 3 (tiga) buah Casa NC-212 dan 16 (enam belas) BAE-748 seri 2A dan 2B. Lalu pada tahun 1997, Bouraq bahkan memiliki 10 (sepuluh) buah Hawker Siddeley 748 dan 8 (delapan) B-737-200.
Saat badai krisis menerpa Indonesia, Bouraq akhirnya mengambil berbagai langkah strategis agar mempu tetap bertahan, seperti penciutan armada, menutup beberapa operasi jalur penerbangan yang dinilai kurang menguntungkan. Di penghujung 2004, Bouraq Airlines berhenti beroperasi karena kalah bersaing dengan operator penerbangan yang baru yang bermunculan di awal reformasi.
Untuk kasus Adam Air, lebih dikarenakan karena banyaknya insiden-insiden yang menimpa maskapai ini sejak mulai beroperasi sehingga investor mencabut sahamnya di perusahaan ini. Adam Air sendiri pernah memperoleh penghargaan Award of Merit dalam the Category Low Cost Airline of the Year 2006 dalam acara 3rd Annual Asia Pacific and Middle East Aviation Outlook Summit di Singapura.
Pada April 2007, PT. Bhakti Investama melalui anak perusahaannya Global Air Transport membeli 50% saham Adam Air dari keluarga Sandra Ang dan Adam Suherman, namun tanggal 14 Maret 2008, pihak investor menarik seluruh sahamnya karena merasa Adam Air tidak melakukan perbaikan tingkat keselamatan serta ketiadaan transparansi.
Kegiatan operasional Adam Air kemudian dihentikan sejak 17 Maret 2008 dan baru akan dilanjutkan jika ada investor baru yang bersedia menalangi 50 persen saham yang ditarik Bhakti Investama tersebut.
Pada 18 Maret 2008, izin terbang atau Operation Specification Adam Air dicabut Departemen Perhubungan melalui surat bernomor AU/1724/DSKU/0862/2008, yang isinya menyatakan bahwa Adam Air tidak diizinkan lagi menerbangkan pesawatnya berlaku efektif mulai pukul 00.00 tanggal 19 Maret 2008.
Selain ketiga maskapai di atas, sebenarnya masih banyak maskapai-maskapai lain yang terpaksa gulung tikar karena mengalami masalah keuangan, seperti Jatayu Airlines, Indonesian Airlines, Star Air, Air Efata, dan lain-lain.
Meski begitu, tidak semua maskapai ambruk setelah dihantam masalah keuangan. Beberapa di antaranya bisa bangkit kembali setelah mampu memperbaiki manajemen dan sistem keuangan, maupun diambil alih maskapai lain seperti Riau Airlines dan Awair (diambil alih Indonesia AirAsia).
Kini, patut ditunggu apakah, Mandala mampu bangkit usai terkena krisis keuangan atau justru semakin terpuruk dan dicabut izin operasionalnya seperti "saudara-saudaranya" terdahulu. Patut kita nantikan.
Daftar maskapai-maskapai Indonesia yang terkena krisis keuangan dan dicabut ijin operasionalnya:
NO | NAMA MASKAPAI | TAHUN OPERASI |
1 | SEMPATI AIR | 1961-1999 |
2 | BOURAQ INDONESIAN AIRLINES | 1975-2007 |
3 | ADAM AIR | 2003-2008 |
4 | JATAYU AIRLINES | 2001-2007 |
5 | INDONESIAN AIRLINES | 2001-2004 |
6 | STAR AIRLINES | 2001-2005 |
7 | BALI INTERNASIONAL AIRLINES | 1975-2007 |
8 | LINUS AIRWAYS | 2007-2009 |
9 | DIRGANTARA AIR SERVICE | 1971-2008 |
10 | BAYU INDONESIA AIR | 1975-2004 |
11 | MEGANTARA AIR | 2007-2009 |
12 | SEULAWAH NAD | 2002-2006 |
13 | TOP AIR | 2005-2007 |
14 | NURMAN AVIA INDOPURA | 1997-2007 |
15 | AIR EFATA | 2005-2006 |
16 | AIR PARADISE INTERNASIONAL | 2003-2005 |
17 | SMAC | 2006-2008 |
18 | TRI-MG | 2003-2008 |
0 komentar:
Posting Komentar